[Kegiatan] Menulis dan Mengembangkan Mading Pesantren

Jakarta-wahidinstitute.org. Setelah digelar pertama kali pada Agustus 2009, Kelas Menulis Pesantren yang difasilitasi sejumlah generasi muda Nahdlatul Ulama kembali digelar pada 12-14 Desember 2010. Kali ini bertempat di Pesantren Tapak Sunan, Condet Jakarta Timur. Diikuti 30 santriwan dan santriwati yang pertengahan Desember lalu tengah berlibur.  

Pada Agustus 2009 silam, peserta Kelas Menulis dikuti 30-an peserta dari perwakilan empat pesantren di wilayah Depok: Pesantren Al-Karimiyah Sawangan Depok; Pesantren Al-Hamidiyyah Depok, Pesantren Qatrunnada, Citayam, Depok; dan Pesantren Al-Mannar. Tempatnya digelar bergiliran.

Kelas Menulis Tapak Sunan sendiri digelar atas permintaan pengelola pesantren, meski sebelumnya pihak fasilitator berencana mengembangkan pelatihan semacam ini di pesantren lain di Jakarta dan sekitarnya. Pihak Pesantren Tapak Sunan berharap, saat liburan para santri mendapatkan skill tambahan, khususnya  dunia tulis menulis. Pelatihan tersebut juga digelar menjelang lomba membuat majalah dinding (mading) yang akan diikuti perwakilan pesantren pimpinan KH. M. Nuruddin Munawar ini.

Karena itu dalam materi Kelas Menulis, fasilitator banyak pula memberi materi dan praktik mengelola mading. Oleh fasilitator, peserta diminta merancang, membuat dan mengisi mading. Mereka diminta turun lapangan untuk melakukan wawancara dan liputan. Dibagi per kelompok, mereka mewancarai penjual bakso, siomay, atau pedagang es yang mangkal di lingkungan pesantren. Hasil wawancara kemudian didiskusikan antar kelompok dipandu fasilitator, yang ikut memberi masukan mulai dari sudut bidik (angle) yang dipilih, diksi yang dipakai, dan tema yang digarap. 

Tak hanya materi itu yang diberikan. Selain manajemen redaksi, Kelas Menulis juga membekali para peserta tentang materi menulis fiksi seperti cerpen dan puisi. Materi cerpen diberikan Abdullah Alawi, cerpenis yang juga mahasiswa akhir UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. Sementara puisi diberikan Ahmad Makki, juga mahasiswa akhir UIN Syarif Hidayatullah. Rencananya hasil puisi dan cerpen itu akan dibukukan sehingga menjadi kenang-kenangan untuk para peserta.

Fasilitator lain yang terlibat dalam pelatihan ini adalah Hamzah Sahal, jurnalis NU Online, Alamsyah M. Dja'far aktivis the Wahid Institute (WI), Nurun Nisa juga dari WI, Imam Malik staf di Sampoerna Foundation, Abi S. Nugroho, mahasiswa Islamic College for Advanced Studies (ICAS) Jakarta, Dedik Priyanto dan Muchlisin, keduanya aktivis Lingkar Studi Piramida Circle dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Usai Kelas Menulis, pelatihan ini masih akan ditindaklanjuti dengan membuat buletin pesantren yang akan dimulai pertengahan Januari. "Pengasuh juga antusias dengan kegiatan semacam ini dan meminta kepad fasiltator membuat lagi pelatihan media dan penguatan jaringan untuk para guru," kata Abdul Hamid, salah seorang ustad yang mendampingi kegiatan ini.

Kepada wahidinstitute.org, Hamzah Sahal menyatakan akan merencakan membuat pelatihan pelatihan media dan penguatan jaringan yang akan diikuti perwakilan guru-guru pesantren. "Selain Pesantren Tapak Sunan, guru-guru dari pesantren yang santrinya sudah kita latih juga akan kita undang," katanya. 

Kelas Menulis dilakukan secara swadaya. Selain donasi dalam bentuk uang dari berbagai pihak, pelatihan ini juga mendapatkan bantuan buku-buku dari sejumlah penerbit. Di dua pelatihan tersebut, peserta mendapatkan buku bacaan selain materi pelatihan. "Kami berharap kegiatan ini bisa terus diduplikasi untuk daerah-daerah lain," tandas Hamzah. []

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar