Di PDS HB Jassin Itu


Di ujung meja, Ajip Rosidi memegang berlembar kertas. Matanya memandangi kami bergantian. “Kami terharu atas perhatian ini,” katanya dengan tersenyum. Sama sekali tak ada bersit ketegangan yang sebelumnya kami bayangkan sebelum pertemuan ini. Pak Ajip yang dikenal sangat ketat dalam hal hak cipta, membuka lebar tangan atas tawaran program-program kami, termasuk digitalisasi pelbagai dokumen. Husein Umar dan Rini yang menemani Ajip Rosidi mewakili pihak Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin sikapnya pun seragam. Kami lega dengan hasil pertemuan ini.

Kami datang mewakili gerakan Koin Sastra yang tumbuh seiring disahkannya anggaran Pemprov DKI yang menjatah hanya Rp. 50 juta/tahun untuk situs tak ternilai macam PDS HB Jassin ini. Gerakan ini bermula di twitter dan di jalanan, tergema di mana-mana mengais kepedulian. Ini kali kedua kami sowan kepada para pengurus. Kali pertama sehari sebelumnya (23/03), kami bertemu Rini yang menyatakan tak bisa mengambil keputusan, lantaran Ajip Rosidi selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan dan Husen Umar selaku Ketua Dewan Harian PDS Hab Jassin tak ada di kantor. Kami datang menawarkan ragam program demi membantu kelestarian dan popularitas “monumen sastra” kita tercinta ini.

Di pertemuan awal Tim Koin Sastra diwakili sastrawan dan jurnalis Putu Fajar Arcana, penulis Khrisna Pabichara, sastrawan Bemby Cahyadi, jurnalis Indah Ariani, Intan AP, Imam Maarif dan “pasukannya”, serta saya bersama aktivis Koin Sastra di UIN Jakarta. Di pertemuan kali kedua kami membawa Shafiq Pontoh, selebtwitt yang juga jago soal digitalisasi dokumen. Pemuda ini juga yang awalnya menawarkan proyek digitalisasi tanpa perlu memungut sepeserpun dari kocek PDS HB Jassin.

Laiknya kegiatan mendokumentasi, idealnya PDS HB Jassin mampu menangkap berbagai perkembangan sastra yang berlangsung seiring zaman melalui koleksi arsipnya. Ini sudah ditunjukkan HB Jassin yang praktis sendirian membaktikan hidupnya mengumpulkan hampir semua data yang tersedia di PDS ini. Jassin punya mimpi agar PDS yang didirikannya ini mampu menangkap geliat sastra di seluruh penjuru dunia. Namun institusi ini memang tak lagi punya anggaran yang cukup demi menangkap semua dokumen sastra yang bertebaran di berbagai media. Luas gedung ini pun kelihatan kesulitan untuk sekadar menampung dokumen yang ada.

Pada walanya untuk institusi ini dianggarkan sebanyak Rp. 500 juta/tahun. Seiring waktu jumlah itu terus menyusut. Awalnya dipangkas jadi Rp. 300 juta, lalu Rp. 160 Juta, hingga kini tinggal Rp. 50 juta/tahun. Salah satu faktor yang diduga membuat pemerintah terus menggunting anggaran PDS HB Jassin ini adalah minimnya jumlah pengunjung. Mereka seolah memandang tiap situs budaya yang dipelihara negara mesti mendatangkan keuntungan komersil. Ini memang cara pikir yang biadab, tapi betul terjadi.

Senin pagi (22/03) Foke, panggilan Gubernur Jakarta Fauzi Bowo, tahu-tahu datang ke PDS HB Jassin. Menurut pihak PDS, inilah kali pertama pimpinan Jakarta mau datang ke tempat ini sejak Ali Sadikin. Pengurus sendiri mengaku tidak hanya sekali mengundang Foke melihat sendiri tempat tersebut, tapi gayung tak pernah bersambut. “Undangan tak pernah sampai ke saya,” demikian Foke, sebagaimana diceritakan salah satu pengurus PDS HB Jassin. Lalu hal apa yang mendadak menyedotnya ke tempat ini?

Sejak Jumat malam (18/03) hashtag #KoinSastra memang gebyar di twitter. Harian Kompas pun mengabarkan “derita” PDS HB Jassin. Nasional Demokrat (Nasdem) menjanjikan siap menanggung semua kebutuhan anggaran PDS HB Jassin. Hal ini ditegaskan berkali-kali di Metro TV. Ya, Foke memang diundang oleh kepanikan. Ia pun mengaku teledor. Serta merta ia menjanjikan duit Rp. 1 milyar demi menyentosakan anggaran PDS HB Jassin. Ada yang simpulkan sikap Foke ini terkait kian dekatnya waktu pemilihan gubernur Jakarta mendatang. Ia datang karena berita akan ditutupnya PDS HB Jassin akibat kurang anggaran, menyita perhatian dan kritik banyak orang.

Ajip Rosidi selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan PDS HB Jassin menanggapi isu soal dana dengan dingin. “Saya ragu,” katanya. Pemerintah memang beberapa kali menjanjikan dana tambahan, tapi tak jarang janji ini meleset. Keraguan Ajip ini seakan diafirmasi dengan pernyataan dua bawahan Foke yang nominalnya masing-masing berbeda soal janji tambahan anggaran buat PDS HB Jassin, yakni Rp. 750 juta dan 250 juta, bukan 1 milyar sebagaimana dikoarkan Foke.

Inisiatif bantuan dana dari Nasdem yang kelihatannya lebih kongkrit, secara resmi telah ditolak Ajip. Ini mungkin terkait soal bentuk Nasdem yang kian lama kian mendekati status partai politik. Beberapa pihak mungkin menyayangkan keputusan ini, karena PDS memang betul-betul butuh dana. Saya mendengar langsung beberapa dari mereka. Tapi mungkin  kalau kita ada di posisi Ajip Rosidi pertimbangannya bakal lain.

Perwakilan Tim Koin Sastra menyatakan diri di depan perwakilan PDS HB Jassin keluar dari semua perdebatan tersebut. Ini berangkat dari kesadaran bahwa persoalan yang menggerogoti PDS HB Jassin bukanlah duit semata. Di berbagai tempat telah berlangsung pemungutan dana dengan berbagai bentuk, ada juga yang mengajukan diri menjadi relawan pembaruan dokumentasi, ide soal digitalisasi diajukan. Tak lupa dengan soal perhatian masyarakat, program wisata sastra yang berniat menghadirkan murid sekolah menengah ke PDS secara rutin pun disusun, bersama program lainnya. Semua aktivitas ini menunjukkan, bahwa barangkali tak semua orang pernah bertandang ke PDS HB Jassin, sebagian lain bahkan tak pernah tahu tempat ini pernah ada. Tapi kepedulian yang ditunjukkan masyarakat menegaskan bahwa mereka masih peduli dengan soal semacam ini.

“Miris, PDS sampai harus dibantu seperti ini” kata Rini, seorang staf di PDS HB Jassin. Tapi faktanya mereka mengakui bahwa institusi ini memang benar butuh bantuan dalam beragam bentuk. “Saat ini bantuan sekecil apa pun akan sangat berharga buat tempat ini,” tegas Jamal D. Rahman sambil sejenak mengedarkan mata ke seisi ruang baca PDS. Semoga setelah ini PDS HB Jassin tak lagi jadi institusi tua yang berkali-kali menegaskan betapa penting eksistensi dirinya, sendirian.

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

1 komentar: